Ingin Mulai Toilet Training pada Anak? Ikutilah Tips Berikut

Ingin Mulai Toilet Training pada Anak? Ikutilah Tips Berikut

Sebagai orang tua, penting untuk Anda melakukan toilet training pada anak tetapi terdapat beberapa hal harus diperhatikan. Toilet training merupakan proses belajar agar anak bisa BAK dan BAB secara mandiri seperti orang dewasa. Dalam tahap ini anak tidak lagi BAK dan BAB di popok.

Pada saat toilet training harus dilakukan tanpa membedakan antara anak laki-laki dengan perempuan. Dalam latihannya anak diharapkan buang air Dalam posisi duduk terlebih dahulu atau menggunakan alat bantu seperti potty chair. Agar berjalan maksimal inilah beberapa tips yang bisa dijadikan panduan.

Tanda Toilet Training Pada Anak Bisa Dilakukan

Sebagai orang tua, penting untuk Anda melakukan toilet training pada anak tetapi terdapat beberapa hal harus diperhatikan agar berhasil.

Sebelum menerapkan pola asuh untuk anak Anda akan bagaimana cara BAK di toilet pastikan bahwa anak telah menunjukkan beberapa tanda ini. Tanda ini merupakan bentuk si kecil telah siap untuk menjalani pelatihan buang air di toilet. Apabila sudah merasa tidak nyaman dengan popok kotor atau jadwal buang airnya lebih teratur bisa mulai diajarkan.

Tanda lainnya yaitu pada saat si kecil sudah mampu melepas atau memakai kembali celana tanpa dibantu serta sadar ketika ingin buang air. Jika sudah tidak mengompol lagi atau sudah mampu meniru perilaku buang air orang dewasa dengan baik menandakan bahwa sudah saatnya dilakukan toilet training pada anak.

Dari segi usia, biasanya saat usia 18 bulan telah menunjukkan kesiapan. Bahkan untuk anak berusia 24 bulan bisa dikenalkan langkah-langkah buang air di toilet. Nantinya saat si kecil berusia 30 sampai 36 bulan mereka sudah menyadari keinginan untuk buang air di toilet.

Penting sebagai orang tua untuk melatih buah hati untuk buang air di toilet sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan paham dengan tanda-tanda untuk buang air berdasarkan sinyal dari tubuh. Dengan adanya pelatihan ini maka anak tidak perlu lagi memakai popok untuk menampung urine maupun feses. Dengan cara ini selain bisa melatih kemandirian maka membantu untuk berhemat.

Tips dalam Melakukan Toilet Training Pada Anak

Ketika ingin melakukan toilet training pada anak maka ada hal yang harus diperhatikan agar berhasil. Penting untuk Anda tidak memaksa dan harus bersabar saat mengajarkan anak. Inilah beberapa langkah sederhana dalam melatihnya yaitu:

1. Mengenalkan toilet

Langkah pertama, orang tua harus menjelaskan penggunaan toilet untuk BAK dan BAB. Katakan pada si kecil ketika ingin BAK atau BAB maka harus ke toilet dengan melepas popok atau celana dalam. Jangan lupa pula untuk menjelaskan bahwa tidak selamanya mereka harus menggunakan popok untuk BAK dan BAB.

2. Mengajari cara penggunaan

Agar mempermudah toilet training pada anak maka Anda bisa memakaikan si kecil celana yang mudah dilepas dan dipakai secara mandiri. Kemudian ajarkan bagaimana cara penggunaannya seperti mengajari cara duduk yang benar di kloset.

Setelah itu ajari cara membersihkan alat kelamin setelah buang air dan mengajari cara menekan tombol flush. Penting pula mengajari cara cuci tangan yang benar setiap selesai.

3. Jadikan sebagai rutinitas

Agar buah hati menjadi terbiasa maka kegiatan ini harus dijadikan sebagai rutinitas. Misalnya ketika anak baru bangun tidur maka Anda bisa mengajak ke toilet untuk buang air kecil. Anda harus dudukkan di pispot selama 45 menit atau 1 jam setelah ia banyak minum atau makan.

Dengan cara ini maka akan terbiasa buang air kecil di toilet, agar terhindar dari kebosanan maka bisa membawa mainan kesayangannya. Disarankan juga untuk Anda memberikan pujian setelah si kecil berhasil buang air kecil agar bisa menambah kepercayaan dirinya. Penting untuk Anda tidak meninggalkan si kecil sendirian tanpa pengawasan di dalam kamar mandi untuk menghindari kecelakaan.

Efek Jika Toilet Training Dilakukan Sembarangan

Wajib untuk Anda memahami kesiapan dalam melakukan toilet training pada anak. Walaupun si kecil menunjukkan kesiapan fisik dan emosional bukan berarti mereka siap melakukan pelatihan ini. Jika dipaksakan ada efek buruk yang terjadi, salah satunya yaitu trauma sehingga akan mengaitkan toilet dengan pengalaman tidak menyenangkan.

Kondisi ini bisa membuat si kecil kesulitan mengontrol BAK bahkan sampai usia sekolah. Efek buruk lainnya yaitu memperpanjang kebiasaan mengompol bahkan saat usia sekolah dan memperbesar risiko untuk terkena infeksi saluran kencing.

Sebab anak akan merasa ketakutan saat berada di toilet sehingga mereka sering menahan untuk BAK dan menimbulkan penyakit ini. Apabila Anda semakin menekan si kecil dalam proses pelatihan ini bisa memperpanjang durasi training.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa anak yang memulai training di usia 21 bulan rata-rata menyelesaikannya di usia 37 bulan. Sedangkan untuk yang memulai di usia 29 bulan, rata-rata menyelesaikannya di usia 34 bulan.

Walaupun tidak dapat dipungkiri periode training ini bisa panjang dan memicu stres pada orang tua maka Anda harus bersabar. Apabila Anda terus memaksa anak maka berpotensi rusaknya hubungan antara orang tua dan anak.

Kondisi ini pastinya tidak baik dengan perkembangan si kecil. Karena itu penting untuk paham mengenai toilet training pada anak agar berjalan sukses dan tidak merusak hubungan.

Related Posts